Jumat, 11 Desember 2015

Dia bukan aku

Aku tak tahu, seberapa lama aku tertidur. Aku tak tau mengapa tiba-tiba aku terbangun dan harus dihadapkan oleh kenyataan seperti ini. Sekarang, aku ada secara nyata. Namun, mengapa kau mencari-cari orang yang menyerupaiku. Kemudian menganggapnya adalah aku.

Kau tahu, bagaimana remuknya hati ini? Aku sendiri tak tahu mengapa aku masih sanggup melihatmu. Melihatmu ketika kau bersama dia yang kau anggap aku. Tak kau rasakankah getaran yang berbeda?  Saat tiba-tiba mataku dan matamu saling bertemu, ya bertemu seperti biasanya. Mata kita saling bertautan bahkan untuk sepersekian detik aku merasakan detak jantungku berhenti. Namun, tak lagi mata hitam indahmu yang kulihat, tetapi keberadaannya di sisimu.

Kau tahu bagaimana mirisnya hati ini. Kau lukai sebegitu pedihnya. Kau tinggalkan sebegitu kejamnya. Kau biarkanku terbayang dalam canda indah yang pernah kita lalui bersama. Maksutku, kau dan aku. Kini kau hanyalah seperti bintang pijar yang tak mampu ku gapai. Kini aku seperti orang bodoh  yang tak tahu kemana arah hidupku.

Aku hanya tak habis pikir saja denganmu. Sebegitu mudahkah kau melupakanku. Atau lebih tepatnya mengasingkanku dari hatimu. Aku tahu, aku masih ada dalam kehidupanmu dan kau pun begitu. Namun kini, kau tak selalu ada untukku. Tak seperti dulu.

Bukankah lebih indah kita saling memahami dari awal, bukan malah menjadikan pelarian? Sekali lagi dari sisi mana kau anggap dia sama denganku. Dari sudutpandang mana kau melihatku ada pada dirinya, padahal keberadaanku nyata untukmu.

Sungguh seharunya aku tak perlu tertidur untuk sekian waktu yang lalu. Sungguh seharusnya aku menyadari hadirmu. Bukan malah mengabaikanmu. Kini aku sendiri merasakan bagaimana sakitnya kehilangan dirimu.


Sungguh, aku nyata ada untukmu. Dan dia bukan aku. 


-DNS-

0 komentar:

Posting Komentar