Saat
suatu hal sudah berbeda, kurasa tidak ada yang pantas untuk diharapkan lagi.
Apalagi mengharap kembali. Kembali pada masa yang ternyata indah. Kembali pada
masa yang ternyata tak kusadari.
Hari
ini, hari Sabtu. Sabtu malam tepatnya. Hari yang menyenangkan, meski
sebelum-sebelumnya juga hari yang menyenangkan. Aku sudah sedikit menyelesaikan
tanggungjawabku. Tanggung jawab berupa Ujian Nasional. Aku sudah melewatinya.
Dan sekarang hari-hariku hanya terisi dengan berimajinasi untuk membuat
karya-karya baru. Namun, malam ini aku ingin bersantai sejenak dengan berpindah
ke dunia maya.
Kuambil
laptop lengkap dengan modem, secangkir
cappuccino, biscuit untuk sekedar
mengisi perut dan ponsel pastinya. Semua itu kubawa ke serambi depan.
Dimana aku bisa menikmatinya bersama angin malam dan gemerlap bintang.
Malam
ini aku tidak sendiri. Tapi, bersama dengan kakakku dimana dia sedang
menyelesaikan skripsinya. Kakakku berparas cantik, dengan kulit putih cerahnya
dan yang aku suka darinya adalah rambutnya yang hitam, panjang dan menawan.
Tidak hanya itu, dia selalu menjadi temanku bercerita. Dia selalu menjadi
pendengar yang baik sekaligus penasehat yang bijaksana. Aku sangat beruntung
memiliki kakak sepertinya.
Saat
semua persiapan sudah clear, mulailah aku ber selancar. Jejaring social yang
jelas banyak orang memilikinya adalah facebook.
Dijaman sekarang, facebook sepertinya sudah menjadi kebutuhan. Bagaimana
tidak, Indonesia menjadi Negara ke-4 dengan pengguna facebook terbesar.
Saat aku
mulai menelusuri timeline, aku melihat pembaharuan status temanku yang begitu
menyentuh. Dari bahasa, makna dan entah apa aku yang terlalu menghayati dalam
membacanya.
“Kak,
baca deh. Ngena banget kan?” Kataku dengan harapan Kakakku mau meluangkan
sedikit waktunya untuk membaca status temanku.
“Apaan?”
“Siapa dia? Ngena sih. Ngomong-ngomong apa dia ----?” Tanya Kak Rhein
penasaran.
“Temenku.
Sepertinya sih iya kak.” Sedikit penjelasanku walau sebenarnya aku juga tidak
begitu tau.
Kakakku
melanjutkan skripsinya. Dan aku mencoba mengetahuinya lebih lanjut. Aku membuka
profilnya lebih lanjut. Aku melihat semua aktivitasnya yang dia share difacebook. Ku akui bahwa dia adalah orang
yang begitu berbakat. Dan mungkin semenjak saat ini aku menetapkan diri sebagai
secret admirernya.
Tiba-tiba
Kakakku mengagetkan diriku.
“Kenapa
La? Raut wajahmu berubah.” Begitu perkataan Kak Rhein.
Aku faham kenapa dia mengatakan raut wajahku
berubah. Itu karna dia memang pandai menebaknebak gerak-gerik orang disekitarnya.
Apalagi aku.
“Aku
nggak papa kok kak.” Begitu kataku. Tapi aku berbohong.
“Kamu
bohongkan? Kakak tau. Dan jangan bilang kamu mikirin temen kamu tadi?”
“Ah,
kakak mah gitu terus. Aku cuman lagi ngestalk dia aja.”
“Emang
kamu itu ya dek, selalu aja penasaran.” Kata kakakku yang terkesan sedikit
menyindir. Tapi aku suka, jarang banget kakakku mengatakan sikap seseorang
tanpa teka-teki.
Aku tak
membalas sepatah kata apapun dan hanya melanjutkan menelusuri profil temanku
itu. Aku teringat, jikalau aku dan dia tergabung dalam satu komunitas. Bedanya
dia lebih senior dariku. Selain itu, aku juga pernah berkirim pesan dengannya
itupun juga melalui facebook.
Akupun
mencoba membuka pesan lama itu. Dan pesan itu, sudah sejak setahun lalu. Aku
hanya tertegun, saat dulu dia menegurku mengenai kata-kataku. Kata-kataku saat
aku membalas sapanya. Mungkin waktu itu, aku belum tau arti kata “Ohayo”
sehingga aku membalasnya sedikit terkesan kasar dan dingin. Tapi syukurlah
setelah itu aku bisa membuat suasana kembali damai.
Di masa
sekarang aku berpikir, apakah dimasa dulu dia memperhatikanku. Mempedulikanku?
Hal apa yang mendasariku mengatakan itu? Mungkin karena dia sering lebih dulu
membuka percakapan. Selain itu, entah sengaja atau tidak, saat aku
mendokumentasi kegiatan di komunitasku saat itu dia tepat tersenyum dan melihat
ke kameraku.
“Kak?”
“Kenapa?”
“Temenku
yang tadi itu, kurasa-rasa pernah peduli ke aku Kak. Coba deh Kakak baca ini.”
Aku memberikan laptopku padanya.
“Kakak
rasa iya. Tapi kenapa kamu sebegitu dingin ke dia?”
“Aku
nggak tau. Dan mungkin aku nggak sadar kalo dia kek gitu kak.”
“Jangan
bilang sekarang kamu ----?”
“Enggak
lah Kak. Aku belum minat.”
“Belum
kan. Brarti suatu saat bisa jadi.”
“Paan
sih Kak. Mungkin ya beberapa taun lagi.”
“Iya
deh. Adekku Shilla yang sebegitu fokusnya sama pendidikan. Bentar lagi juga
udah sweetseventeen kan :D”
“Education
is number one! Ciyee Kakak inget.”
“Tega
bener yaa kalo aku nggak inget dek. Dan kakak saranin, kamu jangan lagilagi
cuek ke orang. Dibawa santai aja. Dan kalo ada orang hadir dalam kehidupanmu
disaat kamu lagi kesel, jangan jadiin dia pelampiasan dari kekesalanmu.”
“Aku masuk duluan ya?”
“Siap
Kakak! Iya.”
Aku
sendriri. Ku akui aku tidak pernah berpikiran untuk menelusuri jejaring
socialnya. Tapi hal itu terjadi barusan. Dan lagi, aku sendiri tidak percaya.
Sebegitu mudahnya aku bersikap dingin terhadap seorang yang pernah peduli
terhadap diriku. Dan sekarang? Ada apa dengaku?
Sekarang
aku sadar. Sikap dinginku bisa membuat orang disekitarku mengubah sikapnya
terhadapku. Dan mungkin, termasuk dia. Aku tidak menyesal ataupun sejenisnya,
aku hanya sedikit kecewa dengan sikapku sendiri. Aku berfikir untuk minta maaf
pada dirinya. Tapi nanti aku akan ketahuan jikalau aku telah menelusuri
akuunya.
Aku tau, Di masa sekarang semua sudah berbeda
dari masa yang lalu.
Aku juga tau, Di masa yang akan datang pasti juga berbeda dari masa sekarang,
maupun dari masa lalu.
Tapi, aku yakin, dimasa apapun itu pasti selalu ada hikmah dari setiap yang
terjadi.
-Dhini
N.Shabrina-
-26/06/14-