Senin, 27 April 2015

Jarak....

Ya. Jarak. Dalam ilmu fisika itu berarti panjang lintasan yang dilalui benda atau  apapun yangmana pasti akan ada perpindahan. Namun, bagaimana mengenai jarak dalam hubungan? Menurutku jarak yang ini adalah jarak tanpa perpindahan. Karena jika berpindah, mana mungkin ada hubungan dalam jarak itu.
Dalam hal ini, jarak adalah rangkaian kepercayaan yang perlahan tumbuh seiring tumbuhnya kesetiaan serta kerinduan. Tiada mungkin terbentang jarak tanpa kesetiaan. Dan tiada mungkin terbetang jarak tanpa kerinduan. Yah seperti hukum sebab akibat dan hukum newton 3. K *fisikalagee*.
Sekian kilometer yang terbentang mungkin hanyalah suatu pernyataan. Atau mungkin ungkapan. Bukan aku menganggap jarak itu suatu yang mudah, tapi mungkin sebentar lagi aku juga akan terbentang jarak dengannya *hayohhsiapah*. Dalam harap semoga rangkaian kepercayaan dan kesetiaan itu bisa selalu terjaga.
Karena jarak, mulut akan jarang sekali untuk sekedar saling menyapa. Mata akan jarang sekali untuk tiba-tiba saling menatap. Kaki ini akan berbeda dalam melangkah. Serta tangan yang akan sangat jarang untuk sekedar saling bergenggaman. Namun ada satu yang akan sama. Hati. Yahh, hati ini akan tetap sama. Tetap berdampingan.
Mungkin ini yang dinamakan ujian. Yaa walau hanya sekian persen dalam kehidupan. Yang mana kita harus mampu menahan dan bertahan.
Namun aku mengerti bahwasanya seiring dengan berjalannya waktu, jarak mungkin akan “sekejap” musnah. Dimana disitu ada pertemuan. Sebagai puncak ketidakmampuan menahan kerinduan. Sebagai puncak pertahanan kerinduan. Yang akan sekejap musnah dan perlahan tumbuh lagi. Namun tak apa.
Terkadang aku berfikir bahwa semua ini sekan-akan perlahan akan menyiksaku. Jika kumampu mungkin ku ingin menolak semua itu. Tapi tiada daya ku untuk hengkang. Tak apalah semua ini adalah takdir Tuhan. Sehingga semoga semua kan indah pada waktunya.
Terkadang aku juga berfikir, bahwa semua itu adalah bentuk pengorbanan. Pengorbanan untuk kebaikan kita, “masing-masing”.
Selain itu, inilah sebagian kecil dari yang di namakan perjuangan. Kita yang sama-sama memperjuangkan perasaan. Rasa yang tidak muncul secara sekejap dan instan. Rasa yang perlu serta pantas untuk diperjuangkan.
Meski aku tak tau apakah “inilah” yang sebenarnya. Ataukah hanya suatu yang “bukan sebenarnya”. Namun saat ini “inilah” yang terikat adalah “inilah yang sebenarnya”.
Semoga benteng pertahanan akan selalu mengelilingi kita. Sehingga diantara kita tiada yang mampu keluar dari semua ini. Dan tiada yang bisa menyusup masuk pada semua ini. Aku tetap untukmu. Dan kamu tetap untukku. {{}}

Dan semoga jarak itu menjadi indah ~
                                                                            Sabtu, 5 April 2014

                                                                            Dhini Nur Shabrina W.A

0 komentar:

Posting Komentar