Ya.
Jarak. Dalam ilmu fisika itu berarti panjang lintasan yang dilalui benda
atau apapun yangmana pasti akan ada
perpindahan. Namun, bagaimana mengenai jarak dalam hubungan? Menurutku jarak
yang ini adalah jarak tanpa perpindahan. Karena jika berpindah, mana mungkin
ada hubungan dalam jarak itu.
Dalam
hal ini, jarak adalah rangkaian kepercayaan yang perlahan tumbuh seiring
tumbuhnya kesetiaan serta kerinduan. Tiada mungkin terbentang jarak tanpa
kesetiaan. Dan tiada mungkin terbetang jarak tanpa kerinduan. Yah seperti hukum
sebab akibat dan hukum newton 3. K *fisikalagee*.
Sekian
kilometer yang terbentang mungkin hanyalah suatu pernyataan. Atau mungkin
ungkapan. Bukan aku menganggap jarak itu suatu yang mudah, tapi mungkin
sebentar lagi aku juga akan terbentang jarak dengannya *hayohhsiapah*. Dalam
harap semoga rangkaian kepercayaan dan kesetiaan itu bisa selalu terjaga.
Karena
jarak, mulut akan jarang sekali untuk sekedar saling menyapa. Mata akan jarang
sekali untuk tiba-tiba saling menatap. Kaki ini akan berbeda dalam melangkah. Serta
tangan yang akan sangat jarang untuk sekedar saling bergenggaman. Namun ada
satu yang akan sama. Hati. Yahh, hati ini akan tetap sama. Tetap berdampingan.
Mungkin
ini yang dinamakan ujian. Yaa walau hanya sekian persen dalam kehidupan. Yang
mana kita harus mampu menahan dan bertahan.
Namun
aku mengerti bahwasanya seiring dengan berjalannya waktu, jarak mungkin akan “sekejap”
musnah. Dimana disitu ada pertemuan. Sebagai puncak ketidakmampuan menahan
kerinduan. Sebagai puncak pertahanan kerinduan. Yang akan sekejap musnah dan
perlahan tumbuh lagi. Namun tak apa.
Terkadang
aku berfikir bahwa semua ini sekan-akan perlahan akan menyiksaku. Jika kumampu
mungkin ku ingin menolak semua itu. Tapi tiada daya ku untuk hengkang. Tak
apalah semua ini adalah takdir Tuhan. Sehingga semoga semua kan indah pada
waktunya.
Terkadang
aku juga berfikir, bahwa semua itu adalah bentuk pengorbanan. Pengorbanan untuk
kebaikan kita, “masing-masing”.
Selain
itu, inilah sebagian kecil dari yang di namakan perjuangan. Kita yang sama-sama
memperjuangkan perasaan. Rasa yang tidak muncul secara sekejap dan instan. Rasa
yang perlu serta pantas untuk diperjuangkan.
Meski
aku tak tau apakah “inilah” yang sebenarnya. Ataukah hanya suatu yang “bukan
sebenarnya”. Namun saat ini “inilah” yang terikat adalah “inilah yang
sebenarnya”.
Semoga
benteng pertahanan akan selalu mengelilingi kita. Sehingga diantara kita tiada
yang mampu keluar dari semua ini. Dan tiada yang bisa menyusup masuk pada semua
ini. Aku tetap untukmu. Dan kamu tetap untukku. {{}}
Dan semoga jarak itu menjadi
indah ~
Sabtu,
5 April 2014
Dhini
Nur Shabrina W.A
0 komentar:
Posting Komentar